Tidak hanya kualitas kesehatan fisik yang meningkat, para perokok yang sudah meninggalkan kebiasaan buruknya itu juga mengaku kualitas psikis mereka kini menjadi lebih baik.
"Berhenti merokok memang sulit. Namun, setelah kita berhasil melakukannya, ada banyak keuntungan tak terduga yang dirasakan," kata ketua peneliti Megan E.Piper.
Dalam penelitian yang dilakukannya terungkap bahwa tiga tahun setelah berhenti merokok, para partisipan studi melaporkan bahwa kini mereka lebih sedikit merasa stres dan mood mereka jauh lebih stabil dibandingkan saat masih menjadi perokok.
Piper mengatakan, ia dan timnya sengaja membuat penelitian untuk membuktikan secara ilmiah pendapat orang yang menyebutkan bahwa berhenti merokok membuat perasaan menjadi lebih baik.
Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah meminta partisipan studi untuk menggambarkan kualitas hidup mereka. Kemudian dibandingkan trennya dengan orang yang sudah berhenti dengan kelompok yang masih merokok.
Para peneliti melakukan survei terhadap 1.504 orang dari Wisconsin, Amerika Serikat. Sekitar 58 persen adalah perempuan dan 84 persen responden orang kulit putih.
Responden dibagi ke dalam enam kelompok, yakni mereka yang menggunakan koyo (patch) nikotin, nikotin lozenges, obat, serta kombinasi obat dan placebo. Semuanya mendapatkan konseling untuk meningkatkan motivasi berhenti merokok.
Kemudian, para responden itu diikuti selama tiga tahun pascaberhenti merokok dan diperiksa contoh darahnya untuk memastikan mereka benar-benar berhenti. Mereka juga diwawancara tentang kepuasan hidup dan hubungan dengan orang lain.
Secara umum, kualitas hidup agak turun pada semua kelompok, baik pada yang berhenti maupun yang masih merokok. Namun, angka kejadian stres orang yang berhenti merokok lebih rendah.
"Berhenti merokok memang sulit. Namun, setelah kita berhasil melakukannya, ada banyak keuntungan tak terduga yang dirasakan," kata ketua peneliti Megan E.Piper.
Dalam penelitian yang dilakukannya terungkap bahwa tiga tahun setelah berhenti merokok, para partisipan studi melaporkan bahwa kini mereka lebih sedikit merasa stres dan mood mereka jauh lebih stabil dibandingkan saat masih menjadi perokok.
Piper mengatakan, ia dan timnya sengaja membuat penelitian untuk membuktikan secara ilmiah pendapat orang yang menyebutkan bahwa berhenti merokok membuat perasaan menjadi lebih baik.
Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah meminta partisipan studi untuk menggambarkan kualitas hidup mereka. Kemudian dibandingkan trennya dengan orang yang sudah berhenti dengan kelompok yang masih merokok.
Para peneliti melakukan survei terhadap 1.504 orang dari Wisconsin, Amerika Serikat. Sekitar 58 persen adalah perempuan dan 84 persen responden orang kulit putih.
Responden dibagi ke dalam enam kelompok, yakni mereka yang menggunakan koyo (patch) nikotin, nikotin lozenges, obat, serta kombinasi obat dan placebo. Semuanya mendapatkan konseling untuk meningkatkan motivasi berhenti merokok.
Kemudian, para responden itu diikuti selama tiga tahun pascaberhenti merokok dan diperiksa contoh darahnya untuk memastikan mereka benar-benar berhenti. Mereka juga diwawancara tentang kepuasan hidup dan hubungan dengan orang lain.
Secara umum, kualitas hidup agak turun pada semua kelompok, baik pada yang berhenti maupun yang masih merokok. Namun, angka kejadian stres orang yang berhenti merokok lebih rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar